sudah dua bulan lebih aku begini,
didalam bilikku bersama doa dan harapan, harapan yang ketika itu, harapan yang dijadikan doa, doa ketika itu. banyak dosa yang perlu dihukumkan sebelum doaku yang satu itu dimakbulkan... hanya satu itu.. satu yang terhalang..
bunyi kereta, motor, juga kenderaan, siren bomba, polis, dan yang lain di luar sudah menjadi radio kegemaranku... kadang-kadang ianya menjadi loceng kejutkan tidur ku, kadang-kadang ia menjadi jam penyata waktu-pukul berapa... kerana sudah biasa telinga ini menjadi pendengar setia...
mata, hati, iman dan segala kurnian Allah sudah lama menangis.. menangis lagi, menangis rindu... seluruhnya berzikir lagi.. berzikir dengan kerendahan... kerendahan pada satu harapan yang telah dijadikan doa tadi...
aku ini sering hilang, sering melayang, sering diam... kerna tangis tadi telah membawa perlahan bertemu Tuhan... lari.. kembali lagi.. lari lagi... kemudian hanya meyimpan rindu dalam hati...
rela... aku rela.. jujur aku katakan aku rela mneninggalkan segalanya... namun atas kerana budi mak ayah, manusia lain yang perlu aku budikan memaksa aku terperangkap dalam acara lumba-lumba dunia ini... tapi aku sudah lama rela tadi...
kerna budi yang ingin dibudikan ini.. aku sudah dua bulan lebih duduk berkhalwat dengan angin... bernyanyi harapan tadi.. yang kini sudah menjadi doa yang ditangisi... aku tangisi senyum... sedang mencari damai dihati yg hampir mati.. yang belum mahu mati....
mudah-mudahan ALLAH permudahkan...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan